Training Workshop on Disaster Risk Management for Architects in Yogyakarta Part 2

Training Workshop on Disaster Risk Management for Architects merupakan event internasional yang diselenggarakan oleh Arcasia dan Ikatan Arsitek Indonesia bertempat di Yogyakarta. Arsitek-arsitek perwakilan dari neagra-negara se-Asia berkumpul untuk mengikuti training dan workshop mengenai Disaster Risk Management dengan harapan ke depannya arsitek-arsitek juga mampu siap sedia membantu daerah-daerah yang terkena bencana. Training dan Workshop ini berlangsung dari 4-6 April 2018.


Sesi 2 : “Understanding Disaster Risk Assessment and Disaster Risk Reduction”

Materi disampaikan oleh Mr. Avelino F. Filio, Jr. (ADPC)
Memahami dan Mengelola Bencana : Pergeseran dalam Paradigma
 Act of God
 Natural Science Approach
 Applied Science Approach
 Contingency Planning
 Emergency Management
 Social Science Approach Sendai Framework for Disaster Risk Reduction (SFDRR) 2015- 2030 

Kerangka kerja ini bertujuan untuk mencapai hasil selama 15 tahun kedepan sebagai berikut:  Secara substansial menurunkan risiko bencana dan kerugian, kehidupan dan kesehatan dalam hal ekonomi, fisik, sosial, budaya dan aset lingkungan individu, bisnis,  komunitas dan negara.

Prioritas dalam SFDRR
 Prioritas 1. Memahami Risiko Bencana Kebijakan dan praktek manajemen risiko bencana harus didasarkan pada pemahaman tentang risiko bencana pada semua dimensi kerentanan, kapasitas, orang dan aset yang terpapar, karakteristik bahaya dan lingkungan. Pengetahuan tersebut dapat dimanfaatkan untuk tujuan penilaian risiko sebelum bencana, untuk pencegahan dan mitigasi serta untuk pengembangan dan pelaksanaan kesiapsiagaan yang memadai dan respon yang efektif. 
 Prioritas 2: Penguatan Tata Kelola Risiko Bencana untuk Mengelola Risiko Bencana Tata kelola risiko bencana di tingkat nasional, regional dan global sangat penting untuk  manajemen yang efektif dan efisien terkait risiko bencana. Visi yang jelas, rencana, kompetensi, panduan dan koordinasi yang lintas sektoral serta partisipasi dari stakeholder terkait diperlukan. Penguatan untuk pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, respon, pemulihan dan rehabilitasi perlu untuk mendorong mekanisme kerjasama dan kemitraan di seluruh lembaga dan untuk penggunaan instrumen yang relevan dengan pengurangan risiko bencana dan pembangunan yang berkelanjutan. 
 Prioritas 3: Investasi dalam Pengurangan Risiko Bencana untuk Ketangguhan Investasi publik dan swasta dalam pencegahan dan pengurangan risiko bencana melalui  langkah-langkah struktural dan nonstruktural penting untuk meningkatkan ketangguhan perekonomian, sosial, kesehatan dan budaya dari individu, komunitas, negara dan aset aset nya, juga lingkungan. Langkah langkah tersebut melalui pembiayaan yang efektif dan berperan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah dan mengurangi kerugian serta memastikan pemulihan dan rehabilitasi yang efektif. 
 Prioritas 4: Meningkatkan Kesiapsiagaan Bencana untuk Respon yang Efektif dan untuk "Build Back Better" dalam Pemulihan, Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Pertumbuhan risiko bencana yang stabil, termasuk meningkatnya orang dan aset yang terpapar, dikombinasikan dengan pembelajaran bencana di masa lalu, menunjukkan kebutuhan untuk lebih memperkuat kesiapsiagaan dan respon terhadap bencana, dengan mengantisipasi kejadian, mengintegrasikan pengurangan risiko bencana serta memastikan kapasitas respon dan pemulihan yang efektif di semua tingkatan. Kejadian bencana telah menunjukkan bahwa tahap pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi perlu disiapkan menjelang bencana, hal ini merupakan peluang penting untuk membangun kembali dengan lebih baik.



Sesi 3 : “Disaster Preparedness Planning for Effective Disaster Response”
Materi disampaikan oleh Mr. Bill Ho (ADPC) Sasaran dari program Preparedness (kesiapsiagaan)  harus fokus pada meminimalkan dampak berbahaya dari bencana, dengan membuat semua persiapan yang diperlukan untuk memastikan tanggapan yang efektif terhadap bencana dan pemulihan dari bencana.

Aktivitas Kesiapsiagaan 
 Ini adalah langkah-langkah yang dilakukan sebelum peristiwa bencana terjadi untuk memastikan bahwa suatu peristiwa dapat ditangani secara efektif. 
 Secara kolektif, mereka memastikan bahwa semua kebijakan, fasilitas, pengaturan, sikap, peralatan dan keterampilan yang diperlukan sudah ada sebelum suatu acara, cukup untuk memastikan bahwa acara dapat dikelola secara efektif. 
 Mereka juga akan memastikan bahwa fungsi pemulihan paralel dapat dilembagakan secara efektif Contoh Aktivitas Kesiapsiagaan 
 Menganalisis risiko dan memprioritaskan tindakan 
 Membuat komite perencanaan dan mencapai kesepakatan 
 Membuat rencana kesiapsiagaan 
 Mempublikasikan perencanaan kesiapsiagaan 
 Melakukan pelatihan kesiapsiagaan 
 Menguji pengaturan kesiapan 
 Mengkaji dan meningkatkan rencana kesiapsiagaan

Kesimpulannya : Kesiapsiagaan dicapai melalui siklus perencanaan berkelanjutan, memperlengkapi, melatih, mengevaluasi, memantau, dan meningkatkan kegiatan kesiapsiagaan,  mengembangkan kemampuan untuk tanggap, dan memulihkan dari, dampak bencana Peserta mendiskusikan tentang langkah-langkah Preparedness (Kesiapsiagaan) untuk kasus bencana banjir di negara / daerah masing –masing : 

 Grup 1 Pemikiran hasil diskusi Grup 1 tentang isu Kesiapsiagaan dalam bencana Banjir meliputi : kebijakan pemerintah, infrastruktur, pengelolaan lingkungan (sampah), kebiasaan/budaya, perencanaan terpadu, kesesuaian rencana dengan kebutuhan masyarakat dan ruang untuk dialog. Gagasan untuk Preparedness mempersiapkan riset, memperkuat kepemimpinan lokal dan pelatihan menghadapi bencana 

 Grup 2 Pemikiran hasil diskusi Grup 2 tentang isu Kesiapsiagaan dalam bencana Banjir Gagasan untuk Preparedness adalah perbaikan dengan melibatkan masyarakat, dukungan pemerintah, perencanaan infrastruktur, perbaikan kebijakan, perbaikan adaptasi sosial, strategi evaluasi dan manajemen bencana

 Grup 3 Pemikiran hasil diskusi Grup 3 tentang isu Kesiapsiagaan dalam bencana Banjir mengantisipasi dengan mendata masyarakat, membuat papan peringatan, kepekaan masyarakat, sedangkan saat bencana dilakukan perpindahan ke tempat yang lebih aman, penyediaan fasilitas emergensi dan kesehatan Gagasan untuk Preparedness adalah menyediakan kebutuhan penyembuhan trauma, merencanakan kembali pemukiman, penyediaan early warning system   

 Grup 4 Pemikiran hasil diskusi Grup 4 tentang isu Kesiapsiagaan dalam bencana Banjir : Antisipasi dengan bangunan berlantai 2, keamanan soket listrik, perahu karet, selalu dicek ketinggian air banjir, respon terhadap bencana dengan evaluasi, penyiapan t-shelter, bangunan sekolah emergensi, dan pemulihan dengan pemukiman baru pendekatan partisipatif dengan material lokal serta perbaikan fasilitas kesehatan Gagasan untuk Preparedness adalah panduan menghadapi bencana banjir, pelatihan masyarakat menghadapi bahaya banjir dan mengedepankan proses partisipatif masyarakat 



 by Heru Sutono, IAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages